Arab Saudi – Dalam sebuah pemaparan yang menggugah semangat literasi umat, Ustaz Rano Dwijaya, S.Pt menyampaikan materi bertajuk “Persiapkan Umur Kedua dengan Menulis” pada hari Kamis, 4 Desember 2025. Beliau menekankan pentingnya menulis bukan sekadar hobi, melainkan sebagai strategi memperpanjang usia amal kebaikan.
Menulis sebagai “Umur Kedua”
Ustaz Rano membuka sesi dengan konsep mendalam bahwa tulisan adalah “umur kedua”. Ia mengalirkan pahala bahkan ketika penulisnya telah wafat. Beliau mengajak untuk meneladani para ulama terdahulu; meski jasad mereka telah tiada, nama dan ilmu mereka tetap hidup dan menjadi rujukan hingga detik ini berkat karya tulis.
“Ungkapan ‘ikatlah ilmu dengan mencatat’ maknanya tidak terbatas hanya saat kajian, tapi catatlah agar bermanfaat untuk orang lain juga. Jadikan menulis sebagai ibadah,” tegas Ustaz Rano.
Hancurkan Jebakan Perfeksionisme
Salah satu hambatan terbesar penulis pemula adalah ketakutan akan hasil yang buruk. Menanggapi hal ini, Ustaz Rano memberikan nasihat tegas: “Tulis saja dulu!”. Beliau mengingatkan bahwa kekhawatiran salah adalah hal lumrah, dan jangan sampai keinginan untuk sempurna justru menghambat proses berkarya. “Kesempurnaan adalah jebakan,” ujar beliau. “Tulisan jelek yang tertuang itu jauh lebih baik daripada tulisan bagus yang hanya mengendap di kepala.”
Untuk mengatasi kemacetan ide, beliau membagikan tips praktis:
- Mulai dari Rekaman: Rekam suara saat ide muncul agar tidak hilang, metode ini banyak dilakukan ulama kontemporer yang kemudian hasil rekaman kajian tersebut dibukukan.
- Temukan Strong Way: Miliki alasan kuat mengapa Anda harus menulis.
- Jangan Malu: Sadari bahwa semua penulis hebat pernah melewati fase tulisan yang “jelek”.
Strategi Menulis yang Menyentuh
Agar tulisan tidak sekadar menjadi teks mati, Ustaz Rano menekankan pentingnya relevansi. Tema tulisan harus menjawab keresahan masyarakat untuk mengait perhatian (engagement).
Beliau menyarankan beberapa alur penulisan, di antaranya; “Story-Connect-Guidance”, di mana tulisan dimulai dengan cerita, dihubungkan dengan konteks pembaca, dan diakhiri dengan panduan. Fokus utamanya adalah memberikan amalan atau praktik langsung yang bisa dikerjakan pembaca setelah selesai kajian agar pembaca tidak pulang dengan tangan kosong. Serta penting juga menyesuaikan gaya bahasa dengan karakter dan level audiens.
Bijak Menggunakan AI: Alat, Bukan Pengganti
Merespons perkembangan teknologi, Ustaz Rano menyinggung penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam menulis. Beliau mengibaratkan AI seperti kalkulator; ia alat bantu hitung, bukan matematikawannya. Beberapa rambu penggunaan AI yang beliau sampaikan:
- Validasi Ketat: Hasil AI rawan salah, jangan ditelan mentah-mentah.
- Tanggung Jawab Penulis: AI hanya alat bantu, nyawa tulisan dan pertanggungjawaban tetap pada manusia.
- Bukan Rujukan Fatwa: AI dilarang keras dijadikan sumber rujukan hukum syariat (fatwa).
Penutup
Sesi ditutup dengan kalimat pamungkas yang menyuntikkan semangat kepada para peserta: “Bismillah, nulis, nulis, dan nulis… semoga bisa bermanfaat.” Dengan materi ini, diharapkan semakin banyak umat yang tergerak untuk meninggalkan jejak kebaikan melalui pena dan tulisan, mempersiapkan warisan abadi bagi generasi mendatang.
Penulis: Zidan Nayyiv Rosyadi