Arab Saudi – Persebaran Muhammadiyah yang semakin melebarkan sayapnya di dunia global adalah sebuah kesyukuran termasuk di Arab Saudi itu sendiri. Namun tak sedikit di antara warga persyarikatan yang masih belum memahami ideologi dan Muhammadiyah sehingga terjadi beberapa perbedaan pandangan di antara internal. Menyadari hal tersebut, PCIM Arab Saudi melalui Majelis Pembinaan Kader dan Pengembangan Ranting menggelar kajian ideologi Muhammadiyah dengan mengadakan kegiatan Kajian dan Diskusi Matan dan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah atau biasa disingkat (MKCH) pada Jumat (11/28) secara daring. Dengan menghadirkan Ustaz Muhammad Utama Al Faruqi, Lc., M.Pd. sebagai pembicara dan Ustaz Iqbal Shihab sebagai pemandu jalannya kegiatan.
Mengawali pemaparannya, narasumber menegaskan “pentingnya seorang kader Muhammadiyah yang sedang dalam perantauan khususnya mengenali identitas Muhammadiyah itu sendiri agar mampu menyatukan persepsi dan menyamakan langkah demi mewujudkan misi besar persyarikatan Muhammadiyah, yakni mewujudkan masyarakat Islam sebenar-benarnya”, ucap demisioner Sekretaris PCIM Arab Saudi periode 2017-2019.
Terdapat tiga poin utama yang menjadi inti dari pembahasan MKCH, pertama ialah ideologi bahwasanya Muhammadiyah ialah gerakan Islam amar makruf nahi munkar beraqidah Islam bersumber kepada Al-Quran dan sunnah, “karena Islam bukan hanya pengkajian ilmu spiritual tapi implementasi amal dalam kehidupan sehari-hari”.
Kemudian ia melanjutkan, “dakwah amar makruf nahi munkar berkesan tidak tegas dalam hal ini, namun Muhammadiyah menyadari bahwa salah satu akar masalah adalah ekonomi, dan Muhammadiyah hadir pada kondisi tersebut dengan adanya Rumah Sakit PKU untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Nahi munkar melalui pendidikan sehingga nahi munkar-nya secara tidak langsung”, kata pemateri yang juga merupakan alumnus MBS Prambanan angkatan pertama.
Kemudian yang kedua, bahwa warga persyarikatan wajib meyakini bahwa Islam adalah agama yang diwahyukan Allah ﷻ kepada rasul-Nya ﷺ dan tauhid yang merupakan inti dakwah para nabi dan rasul. “Dakwah Muhammadiyah bukan hanya bil lisān (dengan verbal), tapi dakwah bil ḥāl (dengan perilaku). Seperti pengalaman saya saat di PKU yang menanyakan agama padahal nama saya sendiri awalnya ‘Muhammad’”, ungkapnya dengan tawa. Kemudian melanjutkan, “dengan tujuan memastikan agama pasien dan berdakwah agar berdoa sebelum operasi sesuai agama yang diyakininya”.
Al-Qur’an dan Sunnah menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam (tekstual dan kontekstual).“Seperti saat (pandemi) covid, Muhammadiyah mengumpulkan pakar-pakar, bukan hanya perspektif Islam tapi juga perspektif yang lainnya seperti kesehatan atau biasa dikenal dengan (bayani, burhani, dan irfani)” ujar Ustaz Tomo yang juga penerjemah Bahasa Arab PP Muhammadiyah ini.
Dan poin yang ketiga ialah, tujuan gerakan yakni berjuang tegaknya aqidah Islam murni, ibadah, akhlak sesuai Al-Quran dan Sunnah. Dan mengajak umat Islam dengan cita-cita terwujudnya baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur. “Arah Muhammadiyah sudah sangat jelas; secara spritual terisi dan secara kebutuhan amal sosial in syaa allah terpenuhi”.
Di akhir penyampaian, Ustaz Tomo mengajak PCIM Arab Saudi dan para kadernya agar bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk membuat buku syarah MKCH sebagai karya kemudian diterbitkan dan bisa dijadikan sebagai oleh-oleh ketika ada tamu dari Muhammadiyah yang berkunjung ke Arab Saudi. “Sebagai yang juga pernah aktif di PCIM Arab Saudi, saya siap berpartisipasi dan membantu mensyarah MKCH ini”
Kegiatan ditutup oleh moderator Iqbal Shihab yang juga merupakan anggota Majelis Pembinaan Kader dan Ranting Istimewa PCIM dengan harapan kegiatan ini mampu meneguhkan kembali ideologi kader-kader Muhammadiyah yang sedang berdiaspora di luar negeri.
Penulis: Masykur Al Abdi